Soppeng, Celebesindo.com, Banjir lagi, banjir lagi. Masalah ini menjadi menahun karena saban tahun terjadi. Ironisnya, banjir Soppeng selalu melahirkan kerugian materi dan merampas jiwa.
Soppeng dianugerahi kontur wilayah yang dialiri sejumlah sungai besar seperti Lawo, Sero, langkemme, Walanae dan lainnya. Sebagian besar warga Soppeng berdiam dialiran sungai itu. Akibatnya, ketika curah hujan tinggi maka kerugian materi dan jiwa sangat mungkin terjadi dengan jumlah besar.
Masalahnya, Soppeng sangat minim mitigasi banjir. Kemampuan staheholder penanganan bencana sangat kurang baik dari sisi perlengkapan maupun kemampuan sumber daya manusia. Demikian pula dengan pengetahuan masyarakat yang rendah atas upaya mitigasi.
Sehingga, aparat kebencanaan tampak gagap ketika bencana datang. Tidak tahu apa yang mau dilakukan. Bahkan, untuk evakuasi korban bencana Bupati Soppeng Andi Kaswadi Razak berkali-kali harus mengendalikan sendiri.
Banjir Soppeng adalah musibah yang berulang sehingga seharusnya bisa diantisipasi. Mitigasi memang tak bisa mencegah bencana tetapi bisa mengurangi dampak bencana.
Harus ada upaya pengurangan kerugian yang lebih besar akibat bencana yang sulit dideteksi kemunculannya secara tepat. Selain itu, mitigasi bencana juga dilakukan untuk menghindari maupun mencegah keberadaan bencana.
Pemkab Soppeng harus mengutamakan penggunaan data dan hasil perekaman kejadian yang diperoleh secara resmi dari lembaga yang berwenang, menyatukan analisis kemungkinan kejadian ancaman dari para ahli dengan disertai kearifan lokal masyarakat. Selain itu harus ada proses analisis meliputi perhitungan potensi jumlah jiwa, kerugian harta benda, dan kerusakan lingkungan yang terkena bencana serta menggunakan hasil kajian risiko sebagai bahan untuk membuat kebijakan umum dalam rangka pengurangan risiko bencana.
Pemda Soppeng juga harus bertindak tegas atas semua penyebab banjir ini. Pembalakan liar di hulu sungai, tambang ilegal yang makin banyak, perlu dihentikan. Aparat Dinas Lingkungan Hidup Soppeng selama ini hanya berlindung pada kewengan yang terbatas. Padahal, mereka seharusnya bertindak lebih keras untuk memberangus tambang perusak lingkungan dan perambahan hutan di hulu sungai.
Perlu ada tindakan kongkrit misalnya, menentukan lokasi posko banjir yang tepat untuk pengungsi dan dilengkapi dengan fasilitas alat evakuasi, dapur umum, MCK, dan pasokan air bersih.
Di sisi lain perlu dibentuk tim penanggulangan banjir di tingkat warga.
(La Cundekke)